Gerakan 212 Sebagai Gerakan Sosial Pembelaan Agama Islam

Gerakan 212 - Sumber VOA
Gerakan 212 - Sumber VOA

Gerakan 212 Sebagai Gerakan Sosial Pembelaan Agama Islam adalah sebuah gerakan sosial yang memiliki tujuan untuk menggugat Basuki Tjahaja Poernama (Ahok) karena kasus penistaan agama yang telah dilakukan. Pada masa-masa Pilkada DKI Jakarta di sebuah tempat, Basuki Tjahaja Poernama (Ahok) memberikan sebuah pidato yang kemudian viral selanjutnya. Pidato tersebut adalah mengutip potongan arti dari ayat suci Al-Qur’an yang menyebutkan untuk tidak memilih pemimpin non islam. Hal ini kemudian ditepis olehnya dan mengatakan dengan santai untuk jangan percaya dengan itu. Lantas, video dari Basuki Tjahaja Poernama (Ahok) viral dijagat maya dan membuat marah umat islam. Inilah awal mula dari gerakan 212 yang akan terjadi berikutnya.

Gerakan 212 juga terbentuk karena keinginan besar dari umat islam untuk mendesak pemerintah dan kepolisian untuk memenjarakan Basuki Tjahaja Poernama (Ahok). Ahok sendiri pada saat itu juga merupakan bagian dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ditakutkan akan dilindungi oleh pemerintah yang saat itu dipegang oleh partai tersebut. Dengan hal itu, masyarakat akhirnya berbondong-bondong untuk datang ke Jakarta menipis halangan dan rintangan untuk segera melakukan aksi untuk mendorong pemerintah agar berlaku adil dan segera menghukum penista agama tersebut.

Dengan kemauan masyarakat dan umat islam yang besar, maka dibentuklah suatu kegiatan aksi yang bersama-sama direncanakan akan diadakan pada tanggal 2 Desember 2016. Bersama banyak ormas islam termasuk Front Pembela Islam (FPI) oleh Habib Rizieq Shihab akhirnya berjuang bersama dan turun ke sekitaran Monas dan memenuhi tempat tersebut. Banyak acara diadakan termasuk dzikir dan pidato kebangsaan. Banyak pula tokoh Politik yang hadir bahkan Presiden Jokowi juga turut hadir kala itu. Dengan perkiraan jumlah massa yang ratusan ribu dan bahkan jutaan menurut penyelenggara aksi 212 membuat ini termasuk gerakan sosial yang akan kita bahas secara rinci.

Pada akhirnya, gerakan 212 tidak hanya satu kali terjadi untuk melawan Basuki Tjahaja Poernama (Ahok) sebagai penista agama pada tahun 2016. Gerakan ini kembali digaungkan pada tahun-tahun berikutnya dan sebagian besar ada kaitannya dengan perpolitikan. Reuni pada 2018 dihadiri oleh Prabowo yang mencalonkan diri dalam Pilpres 2019. Dalam reuni tersebut disuarakan dukungan terhadap Prabowo, dengan Rizieq Shihab – yang waktu itu masih di Arab Saudi – menyerukan “2019 ganti presiden” (BBC.com, 2021). Dalam dunia politik memang semua dimanfaatkan terutama jumlah umat yang mendukung gerakan 212 ini.

Dahliah (2021) memandang gerakan 212 tidak merupakan gerakan Islam semata tetapi juga gerakan politik. Mereka akan tetap menjadi massa mengambang yang berpotensi dimanfaatkan oleh aktor-aktor politik pada Pemilu 2024 mendatang. Bagaimanapun, massa 212 bukanlah orang-orang yang anti-partai politik. Berbagai survei menunjukkan bahwa mereka berpartisipasi dalam pemilu dan memberikan suara ke partai politik (BBC.com, 2021). Kendati demikian, gerakan 212 ini tetap saja merupakan bagian dari sejarah gerakan sosial yang memiliki upaya kolektif untuk kepentingan bersama atau mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (Giddens, 1993).

Gerakan sosial 212 ini terbentuk karena adanya kesamaan kesadaran untuk membela agama terkait penistaan yang dilakukan oleh Ahok. Hal ini kemudian membuat massa turun ke jalan dan juga dikoordinir oleh beberapa ormas islam yang kala itu menjadi panitia. Banyak masyarakat yang juga turut hadir di Jakarta dari berbagai wilayah dengan satu tujuan untuk membela agama dan melawan tokoh penista agama agar dapat dihukum secepatnya. Proses terbentuknya gerakan sosial ini bermula dari kesadaran individu yang sadar akan sebuah penistaan agama yang sangat berat dilakukan oleh tokoh politik dalam proses kampanye nya. Dengan demikian, marahlah umat islam ini dengan jumlah yang besar lantas menyerukan aksi dan juga pada saat itu beberapa ormas bergabung bersama untuk menentukan jadwal dan terpilihlah 2 Desember atau jika disingkat menjadi 212.

Gerakan 212 - Sumber TheIndonesianInstitute
Gerakan 212 – Sumber TheIndonesianInstitute

Setelah panitia yang bertanggung jawab terhadap acara tersebut baik perihal izin dan lain sebagainya. Perkiraan acara diikuti sekitar 300 ormas Islam, seperti FPI, FUI, GNPF MUI, Parmusi, Bang Japar, PPMI, PA 212, dan GMJ (Al Khatthath, 2017). Hal ini lantas membuat gerakan sosial ini terbentuk dengan beragam individu yang berbeda, pandangan yang berbeda dan bahkan latar belakang yang berbeda. Mereka tetap memiliki satu tujuan yaitu untuk membela islam dari para penista agama yang saat itu sedang marak terjadi.

Tujuan dan orientasi dari gerakan sosial 212 ini yaitu untuk pertama adalah mendesak pemerintah dan kepolisian agar segera memenjarakan penista agama yaitu Ahok karena dia telah memakai ayat Al-Maidah 51 dengan tendensi yang menista ayat suci. Hal ini lantas terus digaungkan pada saat itu dan memiliki tujuan hanya ini saja disamping juga membela agama islam dan juga untuk menyiarkan agama islam ke seluruh penjuru indonesia. Jadi, tujuan dari gerakan sosial ini hanyalah satu pada waktu itu yaitu untuk membela islam dan melawan penista agama Ahok dengan mendesak pemerintah agar dapat memberikan hukuman yang maksimal terhadap tindakannya menista agama.

Proses terbentuknya kepemimpinan dari gerakan ini bersumber dari inisiasi kelompok dan beberapa ormas yang sepakat memilih pemimpin dari kalangan ulama khususnya Habib. Pada tahun 2016 yang benar-benar bersemangat menyuarakan pembelaan islam dan menyerang sehebat-hebatnya penista agama adalah Habib Rizieq Shibab, Pemimpin Front Pembela Islam saat itu. Dengan kekuatan dan organisasi masyarakatnya membuat beliau dijuluki sebagai Imam Besar Umat Islam Indonesia, meski hal ini terdengar subjektif, akan tetapi dari kekuatan dan karisma tidak dapat disangkal. Dengan demikian, pada tahun 2016 saat acara berlangsung yang paling banyak bersuara dan berpidato sebagian besar dipegang oleh beliau dalam berorasi menentang dan melawan penista agama agar segera dipenjarakan.

Gerakan 212 Merupakan Bentuk Gerakan Sosial Berbasis Keagamaan

Terbentuknya kepemimpinan dari gerakan sosial yang secara besar dan masif ini tentu saja memerlukan tokoh sentral yang sangat cocok dan bisa jadi panutan semua kalangan. Dengan memilih tokoh yang biasa saja dengan tidak adanya karisma atau sekadar urusan politik atau tokoh politik dirasa kurang meyakinkan umat untuk dapat mendukung acara ini. Oleh karena itu, besar kemungkinan tokoh seperti Habib Rizieq Shihab dipandang memiliki proporsi dalam mengisi hal tersebut terlepas tidak adanya pencalonan atau bahkan pelantikan. Jika dilihat dari gestur penerimaan baik dari pihak panitia dan umat islam rasanya menerima dengan baik beliau menjadi pimpinan sentral dari gerakan sosial ini.

Peran aktor yang ada dalam gerakan 212 ini sebagian besar diisi oleh orang-orang dari kalangan ormas islam di Indonesia yang telah disebut pada bagian sebelumnya. Mereka bertugas untuk mengumpulkan massa baik dari pengikutnya maupun menyebarkan secara masif ke sosial media untuk mengajak sebanyak-banyaknya umat islam dalam gerakan tersebut. Aksi ini kemudian terus gencar disebarkan sebelum menginjak 2 Desember 2016 karena sebelumnya memang sudah ada kabar akan diadakan pada tanggal 25 November 2016. Dengan asumsi ada beberapa hari saja pengunduran waktu ini menyebabkan tentu saja banyak orang-orang yang akan menyebarkan pesan-pesan pembelaan agama ini dan tentu saja mengajak berbagai kalangan untuk hadir dalam aksi ini. Peran aktor inilah yang kemudian diisi oleh orang-orang dari berbagai ormas termasuk FPI dan Habib Rizieq pada saat itu yang mengajak turut serta masyarakat islam untuk bergabung dalam aksi di beberapa video media sosial.

Terbentuknya jejaring dari sebelum gerakan 212 ini dipengaruhi oleh eksistensi dari ormas islam yang sebagian besar memiliki pengikut yang besar. Dengan banyaknya pengikut dan bahkan simpatisan tentu saja membuat jejaring yang digabung dalam aksi ini sangat besar. Penyebaran dan pembagian pesan-pesan ajakan untuk bergabung dari jejaring mereka sendiri dari ormas tersebut akan sangat masif. FPI misalnya pasti akan memiliki jaringan ke berbagai ormas lain yang bersahabat dengan mereka dan tentu saja akan mengajak bersama untuk bergabung dalam acara ini. Kemudian, setelah acara gerakan 212 ini terbitlah yang namanya PA atau Persaudaraan Alumni 212 yang ini adalah sebuah komunitas yang berisi orang-orang yang alumni dari gerakan 212 tersebut. PA 212 ini kemudian hari bisa menjadi kekuatan politik dengan mendukung salah satu calon yang menurut mereka akan dapat mendukung umat islam kedepannya.

Baca Juga: Studi Kasus Konflik Dr Terawan VS IDI Dalam Sosiologi Organisasi

Strategi gerakan sosial yang dijalankan pada gerakan 212 ini tentu saja berorientasi pada pembelaan agama sekaligus melawan penista agama. Dua hal ini dianggap sebagai bentuk strategi yang dijalankan untuk dapat mengumpulkan umat islam dengan jumlah yang sangat besar hampir jutaan di kota Jakarta. Dengan menggunakan strategi dan mindset untuk membela agama dan bahkan untuk melawan penista agama atau bahasanya memenjarakan atau mendesak pemerintah untuk segera mengadili adalah sebuah bahasa yang digunakan untuk meyakinkan orang-orang untuk bergabung dalam gerakan ini. Tujuan dari gerakan ini sudah jelas adalah untuk memenjarakan Ahok yang karena pidatonya yang menistakan agama dari potongan ayat suci yang dikutip. Dengan memiliki jumlah massa yang besar dalam gerakannya tentu saja akan memuluskan rencana ini dan membuat pemerintah bahkan kepolisian akan dengan tegas menindak kasusnya. Strategi inilah yang kemudian digunakan oleh orang-orang yang mengkoordinir peserta aksi dan bahkan menjadi pimpinan dari gerakan ini.

Jadi, gerakan 212 ini dapat digolongkan sebagai fenomena gerakan sosial yang memiliki usaha dan upaya kolektif bersama yang dilakukan oleh orang-orang dalam jumlah yang besar serta memiliki kesamaan tujuan bersama. Dapat diketahui dari ciri-ciri tersebut jelaslah bahwa gerakan 212 ini termasuk dari gerakan sosial yang memiliki jumlah peserta aksi yang mencapai jutaan orang, dengan didukung oleh upaya mereka secara kolektif memiliki satu tujuan untuk mendesak pemerintah agar segera memenjarakan Ahok dan secepatnya memproses kasus tersebut. Selain itu, mereka juga bisa secara otomatis membela agama mereka yang mana dalam ajaran islam itu adalah salah satu hal yang sangat baik untuk dilakukan dan bahkan diwajibkan.

Referensi:

BBC.com. (2021, November 25). Reuni 212 akan kembali digelar, tapi apakah gerakan ini masih punya kekuatan politik?. Retrieved from BBC.com: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-59412895.

Bhayangkara, C.S. (2021, Desember 2). Sejarah Reuni 212: Berawal Tuntut Ahok Dipenjara hingga Jadi Agenda Tahunan. Retrieved from Suara.com: https://www.suara.com/news/2021/12/02/141553/sejarah-reuni-212-berawal-tuntut- ahok-dipenjara-hingga-jadi-agenda-tahunan.

Giddens, A. (1993). New Rules of Sociological Method (2nd ed.). Palo Alto, CA Stanford University Press.