Pengantar Sosiologi Terhadap Kesenjangan Fasilitas Pendidikan

Pengantar Sosiologi - Sumber BMH
Pengantar Sosiologi - Sumber BMH

Pengantar sosiologi harus kritis dalam melihat perkembangan zaman mulai meningkat dari hari ke hari dengan beragam arus informasi dan teknologi yang semakin pesat. Meningkatnya arus informasi dan teknologi juga harus diikuti dengan perkembangan sumber daya manusia berupa pengetahuan dan wawasan dalam rangka untuk mengusai serta mengembangkan teknologi demi masa depan yang lebih baik. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan segala kebijakan salah satunya adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekitar dua puluh persen dari APBN digunakan untuk membiayai pendidikan seluruh anak bangsa di Indonesia. Berangkat dari hal ini kita banyak mengetahui bahwa sekolah-sekolah di negara ini juga semakin bertambah banyak dan berkembang. Permasalahan yang akan diangkat dalam pembahasan ini adalah stratifikasi sosial dalam pelabelan sekolah favorit dan sikap pemerintah sikap pilih kasih pemerintah terhadap sekolah tersebut.

Stratifikasi sosial adalah sebuah lapisan sosial yang ada di masyarakat dan dapat dilihat secara universal menyeluruh kepada hal-hal yang dapat dilihat sebagai lapisan bawah dan atas dalam kehidupan. Pendidikan yang ada di desa dan kota atau pedalaman dan perkotaan menjadi salah satu contoh bentuk stratifikasi sosial yang ada di Indonesia. Mengapa hal ini termasuk dalam stratifikasi sosial? jawabannya adalah kualitas diantara kedua tempat tersebut yang terbagi menjadi lapisan bawah dan lapisan atas. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak sekolah-sekolah di pedalaman yang kekurangan fasilitas dan jauh dari kata layak jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah di kota yang penuh dengan fasilitas lengkap. Sekolah-sekolah ini tidak hanya dari segi fasilitas, namun dari faktor tenaga pendidik juga sangat kurang.

Membahas sekolah di pedalaman baiknya langsung menuju salah satu contoh nyata yaitu SDN 15 Manis Mata, Kecamatan Manis Mata, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Jarak tempuh yang sangat jauh dan terisolir dengan berbagai jalan berkelok serta licin untuk dilalui. Selain itu, sekolah ini juga sangat minim fasilitas dan tenaga pendidik. Fasilitas pendukung bagi anak-anak seperti tidak ada perpustakaan, listrik hanya menyala pada malam hari, dan akses menuju sekolah yang sangat sulit karena harus melewati jalan setapak melewati perkebunan sawit, karet dan ladang masyarakat. Tidak hanya itu, SMPN 5 Manis Mata dengan jumlah murid 55 orang dan 5 tenaga pengajar yang terdiri dari 3 orang guru dibiayai oleh perusahaan, 1 honor, dan 1 PNS yaitu kepala sekolah dan masih banyak sekolah lainnya yang memiliki nasib serupa.

Fasilitas yang ada di pedalaman yang ada di sebuah sekolah sangatlah kurang layak, mulai dari tidak adanya listrik, internet, perpustakaan, akses jalan, bahkan tenaga pendidik yang sangat minim. Hal ini menimbulkan persepsi bagi kita bahwa sekolah di pedalaman memiliki lapisan terbawah jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang ada di perkotaan. Stratifikasi sosial dalam lapisan sekolah-sekolah ini membuat kita mengambil pelajaran bahwa sekolah- sekolah yang ada di Indonesia semuanya tidaklah sama dan terdapat jurang pembeda yang sangat besar. Jika kita melihat sekolah-sekolah yang ada di perkotaan baik itu kabupaten maupun provinsi pasti memiliki fasilitas lengkap yang sangat mumpuni. Tenaga pengajar yang sangat banyak dan memiliki kualitas yang tinggi, jaringan internet, ketersediaan listrik, sekolah yang mudah diakses, perpustakaan, dan gedung kelas yang nyaman.

Pengantar Sosiologi Sebagai Dasar Dalam Melihat Masalah

Ditempat berbeda namun masih menyorot tentang buruknya sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di pedesaan. Terdapat Sebuah gubuk nyaris rubuh berdiri di Desa Bukit Subur, Kecamatan Tabir Hilir, Merangin, Jambi. Orang desa sana menyebutnya sekolahan. Gubuk itu dibangun murni oleh warga setempat, tiga tahun silam, untuk tempat anak-anak mereka belajar. Bangunan tersebut memang sekolahan. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 29 Kelas Jauh namanya. Sekolah ini sangat jauh dari layak untuk disebut sebuah sekolahan. Kelas belajarnya hanya ada dua ruangan. Berbeda sekali dengan sekolah kebanyakan. Ironisnya, bangunan kelas jauh SDN 29 ini hanya terbuat dari kayu dan beberapa barang bekas. Dindingnya terbuat dari papan. Tiangnya dari kayu balok bulat tanpa disuguh halus. Atapnya hanya memakai seng-seng bekas, yang jika hujan datang pasti bocor.

Tentu hal ini sangat kontras dengan sekolah yang terdapat di perkotaan. Sekolah dengan bangunan yang nyaman dan aman untuk ditempati. Fasilitas yang sangat memadai, seperti ruangan komputer, sarana olahraga, ruangan puskesmas dan kantin maka akan membuat suasana belajar akan sangat nyaman bagi siswa- siswa yang bersekolah di perkotaan. Jika dibandingkan dari contoh kasus diatas terkait dengan sarana dan prasana pendidikan pedesaan dan perkotaan tentu akan terlihat sekali kesenjangan pendidikan yang terjadi.

Dalam materi stratifikasi sosial pada pengantar sosiologi telah dijelaskan bahwa lapisan sosial dalam masyarakat terdiri atas lapisan bawah dan lapisan atas yang sesuai dengan pola pikiran masyarakat. Dalam masyarakat sekarang ini berpikiran bahwa sekolah yang ada di pedesaan bahkan pedalaman memiliki kualitas yang sangat tidak layak dan memang benar itu yang terjadi. Sedangkan, sekolah yang berada di perkotaan memiliki fasilitas yang memadai dan akses yang baik sehingga kemudian terbentuklah persepsi di masyarakat dan penggolongan oleh mereka bahwa sekolah di pedalaman menempati lapisan bawah dan sekolah di perkotaan menempati lapisan atas. Akibat dari hubungan, komunikasi dan sosialisasi dalam masyarakat sehingga terciptalah sistem sosial masyarakat yang menjadikan masyarakat terbagi dalam lapisan-lapisan atau kedudukan berdasarkan kepercayaan, nilai, norma dan adat istiadat dalam masyarakat (Rahman and Ega 2018).

Pengantar Sosiologi - Sumber SahabatPedalaman
Pengantar Sosiologi – Sumber SahabatPedalaman

Hasil pemikiran ini tidaklah salah karena sesungguhnya masyarakat akan memikirkan tentang masa depan yang dimilikinya jika disuruh untuk memilih kedua sekolah tersebut. Lulusan siswa yang sekolah di pedalaman dan lulusan dari sekolah perkotaan tentu berbeda secara garis besar karena dari segi pendidik bahkan fasilitas yang tersedia sudah sangat jauh tertinggal sehingga hal ini menimbulkan konsepsi stratifikasi sosial di masyarakat bahwa pendidikan yang didapatkan seseorang dari pedesaan berada di bawah orang yang memiliki pendidikan dari sekolah perkotaan. Hal ini sering terjadi di masyarakat karena memang stratifikasi sosial juga mengatur tentang lapisan sosial berupa pendidikan seseorang, semakin tinggi pendidikan dan semakin bagus sekolah tempatnya belajar maka seseorang tersebut akan mendapatkan lapisan atas di mata masyarakat. Kata stratifikasi diadopsi dari kata stratification yang berasal dari kata stratum bentuk plural dari strata yang artinya lapisan. Pitirim. A. Sorokin menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan suatu masyarakat ke dalam kelas-kelas bertingkat secara hirarkis.

Kesenjangan antara sekolah pedesaan dan sekolah perkotaan memang menjadi polemik yang sangat miris untuk dibahas kaitannya dengan stratifikasi sosial karena dari luar saja sudah dapat dilihat mana yang akan menempati lapisan atas dan mana yang akan menempati lapisan bawah. Analisis mengenai hal ini kemudian dapat dijelaskan melalui pengantar sosiologi bahwa masyarakat sosial lebih menghargai dan mengapresiasi seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan berasal dari sekolah terkenal bahkan terbaik di perkotaan. Sebaliknya, masyarakat sosial cenderung lebih tidak peduli dan memandang sebelah mata orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan berasal dari sekolah di pedesaan. Tidak hanya itu, diskriminasi dan pengucilan sering dialami oleh siswa yang berasal dari pedesaan karena dirasa berbeda dengan mereka yang berada di kota. Anak-anak yang dulunya sekolah di pedesaan, kemudian pindah untuk bersekolah di sekolah perkotaan cenderung akan dipandang sebelah mata.

Fakta yang terjadi di masyarakat sosial saat ini yang memandang bahwa sekolah pedesaan bahkan pedalaman menempati lapisan bawah dalam stratifikasi sosial dapat dilihat dari beberapa hal terutama faktor penentu suatu suksesnya pendidikan yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang yang tidak memilikinya akan dipandang sebelah mata dan diantaranya terjadi pada anak-anak di pedesaan karena memang tidak biasa untuk menggunakan teknologi saat ini. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa kondisi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di sekolah-sekolah pedesaan tidak mumpuni dan bahkan jauh dari kata layak. Sistem pengajaran yang masih tradisional dan tidak menggunakan teknologi karena akses serta fasilitas yang sangat kurang menjadi alasan terbesar lulusan dari sekolah pedesaan kurang mendapatkan pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bagus.

Kurangnya akses serta tenaga pengajar yang bagus menjadi alasan terbesar lulusan dari sekolah pedesaan masih kalah jauh dari lulusan perkotaan secara garis besar dan terjadi sampai dengan saat ini. Lulusan pedesaan yang sama-sama menempati bangku SMA misalnya, sama secara garis strata, namun yang menjadi perbedaan besar adalah ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi yang dimiliki. Anak-anak yang sekolah di SMA pedesaan tidak selalu mendapatkan pelajaran melalui teknologi seperti komputer, laptop, internet, media sosial dan lainnya. Namun, anak-anak dari SMA perkotaan sudah biasa dan menjadi kebiasaan setiap hari bagi mereka sehingga sudah menjadi alasan umum ini menjadi faktor terjadinya jurang kesenjangan diantara mereka. Jurang kesenjangan inilah yang pada akhirnya akan membuat suatu konsep besar mengenai stratifikasi sosial yang memang tercipta dari segmentasi stigma masyarakat itu sendiri.

Stratifikasi sosial sebagai bagian pengantar sosiologi dalam pendidikan salah satu contohnya telah dibahas mengenai kesenjangan sekolah yang ada di pedesan dan perkotaan telah menjadi salah satu garis baru terbentuknya stratifikasi sosial lainnya yaitu kedudukan dan kekayaan. Kedudukan dan kekuasaan dapat ditempati oleh orang yang paham akan pengetahuan dan penguasaan teknologi sehingga mampu untuk mendapatkan tempat tersebut karena memang dari sistem sekarang ini membutuhkan hal seperti itu untuk meraihnya. Orang yang tidak berpendidikan tinggi tentu mustahil untuk mendapatkan jabatan yang tinggi misalnya di instansi pemerintahan, dia akan sulit untuk naik pangkat dan mendapatkan jabatan tertentu karena persyaratan yang diberikan tidak dapat dia penuhi. Dengan adanya pendidikan yang tinggi apalagi dengan sekolah yang bagus, maka hal ini akan mempermudah jalannya untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan tersebut. Hal ini tentu saja akan membuat dia mendapatkan stratifikasi sosial atas di mata masyarakat karena peran pendidikan yang dia miliki.

Baca Juga: Gerakan 212 Sebagai Gerakan Sosial Pembelaan Agama Islam

Tidak hanya kedudukan, seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi dan berasal dari sekolah yang memiliki fasilitas mendukung tentu saja akan mendapatkan kesempatan memperoleh kekayaan yang lebih banyak dibandingkan orang yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Saat ini, banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi menjadi pengusaha yang hebat sehingga kekayaan yang dimiliki sangat banyak. Menjadi pengusaha dan mendapatkan kekayaan yang banyak tersebut tentu saja membutuhkan pengetahuan dan pendidikan yang tidak didapat disembarang sekolah dan inilah peran pendidikan tinggi dalam menjadi penentu garis stratifikasi sosial seseorang. Maka, dengan adanya kekayaan dia akan mendapatkan status yang tinggi di mata masyarakat dan menempati lapisan atas karena pendidikan yang dia miliki.

Pada akhirnya pengantar sosiologi melihat pendidikan harus menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan menjadi modal untuk mendapatkan status dan stratifikasi sosial di masyarakat sosial kita saat ini. Dengan adanya pendidikan seseorang akan mampu untuk mendapatkan nama besar di masyarakat dengan menjadi sarjana, magister bahkan doktor. Tidak hanya itu, dengan pendidikan juga seseorang akan mampu untuk mendapatkan jabatan dan kedudukan yang tinggi di tempat kerjanya karena syarat yang ada saat ini membutuhkan pendidikan tinggi untuk mengisi tempat tersebut. Dan terakhir, pendidikan juga menjadikan seseorang memiliki kekayaan yang banyak dengan menjadi pengusaha atau yang lainnya akan memudahkan seseorang untuk mendapatkannya dengan adanya pendidikan karena inilah modal utama seseorang untuk meraihnya.