Modal Sosial Menurut Perspektif Robert D. Putnam (Studi Kasus)

Modal Sosial - Sumber Trainingjournal
Modal Sosial - Sumber Trainingjournal

Modal Sosial Menurut Perspektif Robert D. Putnam (Studi Kasus) Putnam dalam tulisannya menjelaskan tentang modal sosial yang erat kaitannya dengan konsep yang sinergis dengan konsep modal sosial coleman. Modal sosial melekat pada hubungan antar individu (Putnam 2000: 18; lihat juga: Coleman 1995: 392, 394; 1988: S98, S100-101). Hubungan antara individu membentuk jaringan sosial, norma timbal balik dan kepercayaan (Putnam 2000: 18-19). Ciri-ciri kehidupan sosial tersebut adalah modal sosial.

Mereka memungkinkan para partisipan untuk bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan kolektif (Putnam 1996: 66; 1995: 664-665). Modal sosial ini terletak pada hubungan antar individu yang kolektif dalam bentuk kelompok masyarakat tertentu sehingga memungkinkan mereka untuk menghasilkan suatu tujuan dengan cara bersama-sama.

Kepercayaan adalah pelumas kehidupan sipil (Putnam, Goss 2001: 21-22; Putnam 2000: 20-21; 1993a: 13). Salah satu konsep modal sosial yang dikembangkan oleh Putnam adalah kepercayaan yang menimbulkan aspek lain yang sangat penting dalam hal penumbuhan sikap menerima pihak lain dalam kelompok serta kerja sama untuk mencapai tujuan. Kepercayaan harus dibangun dalam waktu yang lama untuk menjadikannya sebuah modal sosial untuk mendapatkan hasil dari modal sosial tersebut.

Seseorang tidak bisa mendapatkan kepercayaan hanya dari berkenalan dalam beberapa hari, melainkan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Interaksi yang dijalani individu atau kelompok menjalin kerja sama pada akhirnya akan bermuara pada kepercayaan yang mudah untuk dijadikan sebuah modal sosial kedepannya demi mencapai tujuan. Kepercayaan hadir untuk memberikan bantuan tertentu dan kemudahan untuk mendapatkan tujuan kolektif yang dipercaya didapatkan dari sebuah kepercayaan tertentu yang telah dibangun sebelumnya.

Modal Sosial Robert D. Putnam Dan Studi Kasus

Individu yang telah dipercaya bertahun-tahun menabung dan membayarkan utangnya di bank akan lebih mudah baginya mendapatkan pinjaman yang lebih besar lagi di tahun-tahun yang akan datang. Bank tentu lebih memberikan rasa percaya tersebut karena interaksi yang telah mereka lakukan serta timbal balik yang telah diberikan individu sesuai dengan yang diharapkan pihak bank. Jadi tidak heran jika banyak yang mendapatkan kesempatan meminjam dengan jumlah yang besar. Tentu hal ini disadari oleh pihak bank karena rasa kepercayaan tersebut. Tidak hanya itu, kepercayaan terhadap suatu etnis juga berpengaruh terhadap penilaian bank.

Orang dari etnis tionghoa misalnya lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman dibandingkan dengan orang lokal. Hal ini tentu bisa menjadi salah satu modal sosial yang bisa digunakan untuk mendapatkan pinjaman untuk usaha mereka. Oleh karena itu, kepercayaan sosial dalam lingkungan modern yang kompleks dapat tumbuh dari dua sumber yang terkait erat: norma-norma timbal balik dan jaringan keterlibatan masyarakat (Putnam 1993: 171).

Modal Sosial - Sumber ResearchGate
Modal Sosial – Sumber ResearchGate

Konsep berikutnya yang juga menunjang modal sosial individu dalam perspektif kelompok sosial masyarakatnya yaitu jaringan. Setelah hadirnya kepercayaan yang begitu mendalam kepada individu tentu dia akan mendapatkan jaringan atau hubungan yang erat dengan individu atau kelompok lainnya. Jaringan ini tentu saja dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas individu guna mencapai tujuan bersama yang diharapkan. Jaringan ini terbagi menjadi dua yaitu jaringan formal dan informal, selain itu jaringan juga terbagi ke dalam dua aspek yaitu jaringan horizontal dan jaringan vertikal. Jaringan horizontal mempertemukan orang-orang yang mempunyai status dan kekuasaan yang sama, sedangkan jaringan vertikal mempertemukan individu-individu yang berbeda dan terletak dalam hubungan hierarki dan ketergantungan yang asimetris (Putnam 1993: 173).

Jaringan horizontal memfasilitasi komunikasi dan meningkatkan distribusi informasi tentang kepercayaan individu. Mereka mengizinkan mediasi dan peningkatan reputasi (Putnam 1993: 174). Jaringan dapat memberikan keuntungan dan juga kerugian dalam beberapa sisi karena dapat meningkatkan potensi kerugian di masa yang akan datang ketika ada individu yang tidak menjalankan kepercayaan sesuai yang diharapkan. Pada momen inilah hadirnya norma timbal balik yang kemudian diperkenalkan oleh Putnam.

Dari contoh sebelumnya etnis tionghoa yang bisa mendapatkan pinjaman besar dari bank tentu akan mendapatkan jaringan. Dia berjejaring dengan bank sebagai penyedia pinjaman, selain itu dia juga menjalankan usaha sebuah toko bangunan misalnya. Lalu dia mendatangi suplier bahan bangunan terbesar lalu mendatangkannya ke toko tersebut. Selanjutnya dia memperkerjakan seseorang dan sampai pada tahap menjualnya ke konsumen. Jaringan modal sosial yang dia dapatkan ada di suplier toko bangunan yang jika kenal lama dapat memberikan diskon dan potongan harga. Dari sisi konsumen juga akan terus membeli di toko dia selama dia memiliki hubungan yang baik dan dapat diandalkan. Dengan tahapan ini sudah dapat menjelaskan bahwa jaringan itu terbentuk dari rasa kepercayaan antara dua pihak. Bentuk modal sosial inilah yang akan terlahir dan dimanfaatkan oleh setiap orang dalam mencapai tujuannya.

Norma timbal balik adalah serangkaian aturan dan pranata sosial yang diatur kelompok dalam mengatur setiap anggotanya. Norma ini seringkali menjadi hal yang berat sebelah antar jaringan vertikal dan horizontal karena tidak sesuai penerapannya. Norma lebih sering diterapkan pada jaringan horizontal kelas bawah dibandingkan dengan jaringan kelas atas. Oleh karena itu, norma diciptakan dan didukung oleh sosialisasi dan sanksi (Putnam 1993: 171; lihat juga Coleman 1995: 359-361).

Berbicara mengenai timbal balik dalam norma, timbal balik yang digeneralisasi berarti bahwa orang akan saling membantu tanpa mengharapkan imbalan segera. Bisa dikatakan, interaksi sosial membantu memecahkan dilema tindakan kolektif. Norma timbal balik yang digeneralisasikan mengarah pada perilaku percaya dalam situasi yang biasanya tidak dilakukan orang (Putnam, Goss 2001: 21; Putnam 2000: 20-21).

Pada akhirnya, konsep Putnam dalam modal sosial ini ada tiga bagian yaitu kepercayaan, jaringan dan norma. Tiga hal ini menurut Putnam yang menjadikan individu dapat mencapai tingkat modal sosial dan mencapai tujuan yang diharapkan secara kolektif bersama kelompoknya. Ketika kepercayaan sudah terbangun dengan baik, maka timbul yang dinamakan jaringan sehingga membuat setiap orang atau kelompok akan dengan mudah berinteraksi, bekerja sama dan mau mengambil peran dalam setiap kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama.

Jaringan ini kemudian diperkuat dengan adanya norma timbal balik yang akan memberikan banyak manfaat terutama dalam memperlakukan setiap individu anggota kelompok yang jauh dari harapan. Norma timbal balik seperti namanya ada timbal balik yang didapatkan seseorang jika melakukan suatu hal tertentu. Jika dia melakukan hal yang baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka dia akan mendapatkan kepercayaan, jaringan dan manfaat yang besar. Kemudian, jika dia tidak menjalankan norma kolektif tersebut secara baik dan berkhianat terhadap aspek-aspek tertentu yang digeneralisir dalam kelompok, maka dapat dipastikan dia akan dikucilkan dan akan mendapatkan sanksi yang berat juga dari kelompoknya.

Referensi:

Putnam, Robert (1993) “The Prosperous Community: Social Capital and Public Life,” The American Prospect,13 (Spring 1993): 35-42.

Putnam, R.D. (2000): Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community. New York: Simon Schuster.

Putnam, R.D. (1996): Who Killed Civic America? In: Prospect (March): 66-72.

Putnam, R.D.; Goss, K. A. (2001): Einleitung. In: Putnam (2001): 15-43.

Coleman, J.S. (1995): Grundlagen der Sozialtheorie. Band 1: Handlungen und Handlungssysteme. München: Oldenbourg.